Laman

Jumat, 09 Desember 2011

Rumoh Aceh

RUMOH ACEH RUMAH TRADISIONAL NANGGROE ATJEH DARUSSALAM ANTROPOLGI ARSITEKTUR


FAKHRIANSYAH




Kepercayaan individu atau masyarakat dan kondisi alam di mana individu atau masyarakat hidup mempunyai pengaruh signifikan terhadap bentuk arsitektur bangunan, rumah, yang dibuat. Hal ini dapat dilihat pada arsitektur Rumoh Aceh, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Indonesia. Rumoh Aceh merupakan rumah panggung dengan tinggi tiang antara 2,50-3 meter, terdiri dari tiga atau lima ruang, dengan satu ruang utama yang dinamakan rambat. Rumoh dengan tiga ruang memiliki 16 tiang, sedangkan Rumoh dengan lima ruang memiliki 24 tiang.
Rumoh Aceh bukan sekadar tempat hunian, tetapi merupakan ekspresi keyakinan terhadap Tuhan dan adaptasi terhadap alam. Pengaruh keyakinan masyarakat Aceh terhadap arsitektur bangunan rumahnya dapat dilihat pada orientasi rumah yang selalu berbentuk memanjang dari timur ke barat, yaitu bagian depan menghadap ke timur dan sisi dalam atau belakang yang sakral berada di barat. Arah Barat mencerminkan upaya masyarakat Aceh untuk membangun garis imajiner dengan Ka‘bah yang berada di Mekkah.



Proses mendirikanrumoh aceh
Rumah tradisional aceh (rumoh aceh) merupakan rumah panggung, dimana tinggi kolong bangunan mencapai 2,5-3,0 m. Pada bagian kolong akan terlihat sejumlah tiang (tameh) yang berbentuk bulat berdiameter rata-rata 30 cm. Tiang-tiang tersebut didirikan di atas pondasi/umpak (gaki tameh atau keuneleung). Umpak ini tidak ditanam dalam tanah.
Tiang-tiang didirikan dalam empat deretan, dan akan berbanjar menurut jumlah panjang rumah yang dibutuhkan. Posisi tiang dalam arah melintang bangunan adalah tiang kiri-kanan dibutuhkan tinggi tiang 4 meter, sedangkan dua tiang di posisi tengah dibutuhkan tinggi 5,5 meter. Jarak antara satu tiang dengan tiang lainnya berkisar 2,5-3 m. Pada bagian tengah tiap tiang dibuat dua buah lubang, sedangkan pada ujung tiang tertnggi diberi takikan/puting (puteng tameh).






Pembangunan rumoh Aceh tidak hanya harus memenuhi syarat agamawi saja, namun karena harus responsif terhadap alam tropis maka rumoh Aceh hadir dalam bentuk rumah panggung yang nyaman.



Bahan-bahan untuk membuat rumoh aceh

Untuk membuat Rumoh Aceh, bahan-bahan yang diperlukan di antaranya adalah:
Kayu. Kayu merupakan bahan utama untuk membuat Rumoh Aceh. Kayu digunakan untuk membuat tameh (tiang), toi, roek, bara, bara linteung, kuda-kuda, tuleueng rueng, indreng, dan lain sebagainya.
Papan, digunakan untuk membuat lantai dan dinding.
Trieng (bambu). Bambu digunakan untuk membuat            gasen (reng), alas lantai, beuleubah (tempat menyemat atap), dan lain sebagainya.
Enau (temor). Selain menggunakan bambu, adakalanya untuk membuat lantai dan dinding Rumoh Aceh menggunakan enau.
Taloe meu-ikat (tali pengikat). Tali pengikat biasanya dibuat dari tali ijuk, rotan, kulit pohon waru, dan terkadang menggunakan tali plastik.
Oen meuria (daun rumbia), digunakan untuk membuat atap.
Daun enau. Selain mengunakan oen meuria, terkadang untuk membuat atap menggunakan daun enau.
Peuleupeuk meuria (pelepah rumbia). Bahan ini digunakan untuk membuat dinding rumah, rak-rak, dan sanding.
Bagian-bagian rumoh aceh

Pada rumoh aceh terdapbagian tertentu yang mempunyai arti ter sendiri. Ruangan dibawah atap (attic) direpresentasikan sebagai dunia atas (heaven=surga). ruang tengah yang menjadi bagian tempat tinggal direpresentasikan sebagai the Middleworld (dunia tengah=dunia)dan ruang bawah direpresentasikan sebagai dunia bawah (underworld=alam barzah).
§Bagian bawah
ruang bawah terbuka yang memiliki peranan penting dan banyak fungsi seperti
odigunakan kaum perempuan untuk membuat songket;
tempat meletakkan jeungki dan krongs;
memudahkan antisipasi terhadap kemungkinan banjir atau ancaman binatang berbahaya;
digunakan untuk kandang hewan peliharaan.

§Bagian tengah
Bagian tengah Rumoh Aceh merupakan tempat segala aktivitas masyarakat Aceh baik yang bersifat privat ataupun bersifat publik. Secara umum terdapat tiga ruangan, yaitu: ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang.
Ruang depan (seuramo reungeun). Ruangan ini disebut juga Seuramou-keu (serambi depan). Dalam kehidupan sehari-hari ruangan ini berfungsi untuk menerima tamu, tempat tidur-tiduran anak laki-laki, dan tempat anak-anak belajar mengaji. Pada saat-saat tertentu misalnya pada waktu ada upacara perkawinan atau upacara kenduri, maka ruangan ini dipergunakan untuk makan bersama.

§Ruangan tengah. Ruangan ini merupakan inti dari Rumoh Aceh, oleh karenanya disebut Rumoh Inong (rumah induk). Lantai pada bagian ini lebih tinggi dari ruangan lainnya, dianggap suci, dan sifatnya sangat pribadi. Di ruangan ini terdapat dua buah bilik atau kamar tidur yang terletak di kanan-kiri dan biasanya menghadap utara atau selatan dengan pintu menghadap ke belakang. Di antara kedua bilik tersebut terdapat gang (rambat) yang menghubungkan ruang depan dan ruang belakang. Fungsi Rumoh Inong adalah untuk tidur kepala keluarga, dan Anjong untuk tempat tidur anak gadis.
§Ruang belakang disebut seuramo likot. Lantai seuramo likot tingginya sama dengan seuramo rengeun (serambi depan), dan ruangan ini pun tak berbilik. Fungsi ruangan ini sebagian dipergunakan untuk dapur dan tempat makan,dan biasanya terletak di bagian timur ruangan. Selain itu juga dipergunakan untuk tempat berbincang-bincang bagi para wanita serta melakukan kegiatan sehari-hari seperti menenun dan menyulam.


§Bagian atas
Bagian ini terletak di bagian atas serambi tengah. Adakalanya, pada bagian ini diberi para (loteng) yang berfungsi untuk menyimpan barang-barang keluarga. Atap Rumoh Aceh biasanya terbuat dari daun rumbia yang diikat dengan rotan yang telah dibelah kecil-kecil.

Ornamen-ornamen pada rumoh aceh
Dalam Rumoh Aceh, ada beberapa motif hiasan yang dipakai, yaitu: (1) motif keagamaan. Hiasan Rumoh Aceh yang bercorak keagamaan merupakan ukiran-ukiran yang diambil dari ayat-ayat al-Quran;.


(2) motif flora. Motif flora yang digunakan adalah stelirisasi tumbuh-tumbuhan baik berbentuk daun, akar, batang, ataupun bunga-bungaan. Ukiran berbentuk stilirisasi tumbuh-tumbuhan ini tidak diberi warna, jikapun ada, warna yang digunakan adalah Merah dan Hitam. Ragam hias ini biasanya terdapat pada rinyeuen (tangga), dinding, tulak angen, kindang, balok pada bagian kap, dan jendela rumah;
(3) motif fauna. Motif binatang yang biasanya digunakan adalah binatang-binatang yang sering dilihat dan disukai; (4) motif alam. Motif alam yang digunakan oleh masyarakat Aceh di antaranya adalah: langit dan awannya, langit dan bulan, dan bintang dan laut; dan (5) motif lainnya, seperti rantee, lidah, dan lain sebagainya




Wujud dari arsitektur Rumoh Aceh merupakan pengejawantahan dari kearifan dalam menyikapi alam dan keyakinan (religiusitas) masyarakat Aceh. Arsitektur rumah berbentuk panggung dengan menggunakan kayu sebagai bahan dasarnya merupakan bentuk adaptasi masyarakat Aceh terhadap kondisi lingkungannya. Secara kolektif pula, struktur rumah tradisi yang berbentuk panggung memberikan kenyamanan tersendiri kepada penghuninya. Selain itu, struktur rumah seperti itu memberikan nilai positif terhadap sistem kawalan sosial untuk menjamin keamanan, ketertiban, dan keselamatan warga gampong (kampung). Sebagai contoh, struktur rumah berbentuk panggung membuat pandangan tidak terhalang dan memudahkan sesama warga saling menjaga rumah serta ketertiban gampong.




Hehehehe....tugas kuliah jack....mungkin bermanfaat bagi kita semua... >.<







Tidak ada komentar:

Posting Komentar